Sudah Biasa 'Luar Biasa'

Sekedar sharing, sebuah kejadian kecil yang bisa dibilang mungkin ini teguran dari Allah untukku agar bersyukur atas rizki yang telah diberikanNya selama ini. Rizki yang berupa 'Istri' yang memberiku seorang jagoan dan bidadari kecil...  

Yah... bisa dibilang juga tulisan ini merupakan ungkapan terima kasih terhadap istriku yang mungkin tidak bisa aku ucapkan secara langsung olehnya. Istri yang selama ini melakukan hal yang luar biasa, yang mungkin  karena sudah terlalu biasa 'Luar Biasa' sehingga sering lupa untuk menyadari ke-luar biasaannya itu dan juga karena sudah terlalu biasa 'Luar Biasa' pula aku kadang lupa untuk mensyukurinya.


Sobat, suatu ketika saat aktivitasku di kantor terhenti oleh pesan masuk di ponsel. Sebuah pesan dari sahabat lama, yang baru saja bersilaturahmi ke rumah, ingin menemuiku namun karena diriku  sedang kerja sehingga yang di rumah hanya istri dan anak-anakku. 

"Wah pak istrine njenengan ki hebat tenan yo... momong anak loro ra ono sing ngrewangi... opo2 ditandangi dewe. Mosok kerjo karo nyambi nggendong, durung sing gedhe rewel... salut tenan aku. Ra iso mbayangke nak istriku kon ngono kuwi. Anak siji wae sing momongke ibuku"
Kurang lebih artinya demikian "wah istri anda hebat ya, merawat anak dua tidak ada yang membantu... apa-apa dikerjakan sendiri. Masak kerja sambil gendong, belum lagi yang besar rewel... salut aku. Tidak bisa membayangkan kalau istriku seperti itu. Anak satu saja yang merawat ibuku".

Pesan singkat ini seperti judul di atas "Sudah biasa 'Luar Biasa'", sebuah pujian yang bisa dibilang sudah biasa... istriku sudah biasa melakukan itu... karena sudah kebiasaan itu tadi, menjadikanku tidak menyadari kalau kebiasaan istriku itu sebuah rutinitas "Yang Luar Biasa". Sehingga seolah SMS inilah menyadarkanku, akan keluarbiasaan Istriku.  

Diluar sudah sering melihat seorang wanita bekerja meniti karirnya. Beragam profesi sudah banyak yang dilakukan oleh wanita. Dan tidak sedikit dari wanita itu (nota bene seorang ibu/calon ibu) yang sukses dengan karirnya. Namun dari kesuksesan mereka aku yakin belum tentu mereka juga sukses minimal bisa mendidik/merawat anak-anaknya. Mereka lebih pintar mencari uang yang kemudian lebih suka membayar seorang pembantu untuk merawat anak2nya. Atau kadang yang lebih sering orang tua/mertua lah yang merawat anak-anak mereka.

Tidak ada yang salah dengan mereka. Tidak salah memang seorang wanita untuk berkarir. Sah-sah saja anak dirawat dengan membayar seorang pembantu atau orang tua/mertua. Namun menurutku "Aku tidak ingin hal yang 'Luar Biasa' ini dilakukan oleh orang lain".

Sobat, merawat anak tidak semudah yang dibayangkan. Merawat anak tidak sekedar hanya memandikan, memberi makan, mengajaknya bermain, dan lain2... Namun semua.... "semuanya itu" (yang dilakukan untuk anak) adalah merupakan pendidikan bagi anak. Sehingga aku tidak ingin pendidikan anak-anakku itu ku berikan kepada orang lain. Pendidikan anak-anakku lebih aku percayakan terhadap istriku. 

Pernah suatu ketika aku sharing dengan seorang ikhwah... dia mengatakan "wah aku kasihan  klau istriku hanya di rumah saja, dia terkungkung dan tidak bisa berkreativitas, pengalaman menjadi kurang dan pengetahuannya pasti jadi sempit... mending istriku kerja". klau istri kerja bagaimana susunya? Apa sudah berhenti ASI? (tanyaku)... "ya pakai susu sambung" jawabnya
(Ya Allah.... mendidik anak itu susah, menguras tenaga, butuh pengetahuan, kreativitas dan pengalaman. Justru dengan mendidik anak-anaknya itu menambah pengetahuan dan pengalaman... dan juga aku tidak tega ama anakku klau susunya lebih dipercayakan pada "SAPI"... gumamku)

Ada lagi yang seperti ini
"Klau istriku sibuk...., dia sedang berdakwah... yah semoga Allah memudahkan kami di jalan Dakwah". Lha trus anak2 siapa yang merawat kalau jam2 segini ? (tanyaku). "kan ada pembantu, ya kadang2 eyangnya main ke rumah"... (wah hebat.... "Demi Dakwah".... seumur2 belum pernah aku membaca hadist istri nabi atau istri sahabat yang bisa melahirkan/mencetak seorang 'mujahid dan mujahidah' meninggalkan anak-anak mereka dengan alasan dakwah. Mendidik anak2 menjadi sholeh dan sholehah, indah dipandang mata dan bisa menjadi tauladan bagi keluarga yang lain dan masyarakat, apakah ini bukan merupakan dakwah yang luar biasa, dibanding dengan dakwah biasa, banyak ceramah sana sini fullday sampai2 lupa merawat anak2nya di rumah)

Mungkin tulisan ini tidak sependapat dengan sobat semua, bahkan bisa jadi menurut para Aktivis yang sok memperjuangkan masalah 'Gender', ini merupakan bentuk penindasan bagi seorang wanita. Yang lebih banyak menyerahkan pekerjaan dapur, sumur kasur kepada wanita. Monggo.... Tapi yang jelas istriku sekarang tidak merasa tertindas... Menurutku Wanita itu lebih pandai, lebih sabar, lebih cermat kalau mbahas soal anak... jadi lebih tepat kalau wanitalah yang merawat anak-anak, apalagi kalau  itu anak2ku... ya istrikulah yang super paling tepat yang merawat mereka.  (udah 'super' 'paling' lagi...)

Suatu saat pernah aku merasa gerah dengan banyaknya mainan yang berserakan di ruang tamu, karena kebetulan anak-anak bermain di luar, aku coba untuk membuang sebagian mainan (yang menurutku) sudah rusak. Berganti hari, anakku nangis mencari mainannya yang hilang.... Laksana guru yang mengabsen muridnya... anakku hafal mainannya "mobi tluk yang catu mana.... tluk yang catu mana..." (mobil truk yang satu mana?)
Apa kata istriku.... "Bi apa mainannya kamu buang to...?"   
"Iya aku buang yang udah tidak bisa dipakai... wong udah prutul" jawabku
"Ya mungkin bagi abi itu sudah tidak bisa dipakai, ndak berarti.... tp bagi Fayas beda..." ungkap istriku. Lihat sobat, betapa ibu lebih mengerti kebutuhan anaknya.... 

Hemmm.... sobat... aku berpendapat bahwa aku lebih setuju klau isti itu dirumah... aku lebih bangga kalau istriku seorang Ibu Rumah Tangga. Aku tidak ingin pekerjaan 'Luar Biasa' dikerjakan oleh orang2 biasa. Aku tidak ingin yang mendidik anak-anakku adalah orang yang mungkin tidak aku kenal.... aku tidak ingin Tangis dan Tawa anakku diserahkan kepada orang lain.
Istriku... terima kasih atas hal yang "Luar Biasa" selama ini.... 

(mungkin ndak ya posting ini dibaca istriku... yang jelas "love u umi")

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails